GEOGRAFI DI
PONTIANAK
Kabupaten
Pontianak setelah pemekaran dengan Kabupaten Kubu Raya, batas wilyah
administratif berbatasan dengan:
·
Sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Bengkayang
·
Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak
·
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut
Natuna.
·
Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Landak.
Kabupaten
Pontianak menempati luas wilayah ketiga terkecil setelah Kota Pontianak dan Kota
Singkawang, dari seluruh luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat sebesar 146.807
Km2. Dengan demikian Kabupaten Pontianak hanya menempati 0,87% dari luas wilyah
Propinsi Kalimantan Barat.
Dengan luas
wilayah 2.797,88 Km2, terdiri dari 9 Kecamatan 60 Desa serta 7 Kelurahan.
Dengan luas wilayah Kecamatan Masing-masing sebagai berikut :
SUMBER : http://pontianakkab.go.id/v2/profil/daerah/profil-geografi
pada tanggal 10 Juni 2013
Luas Wilayah Kecamatan dan
Desa/Kelurahan Kabupaten Pontianak
Luas wilayah
Kecamatan Kabupaten Pontianak cukup potensial untuk pertanian dan perkebunan.
Potensi ekonomi ini berupa 109.490 Ha merupakan jenis lahan yang bisa
diusahakan. Luas wilayah Kabupaten Pontianak ini terdiri dari hutan rakyat,
perkebunan, hutan negara, belum diusahakan dan lainnya.
Luas Wilayah Menurut Jenis
Penggunaan Tanah(Ha) Di Kabupaten Pontianak
Topografi Kabupaten Pontianak bervariasi mulai dari
datar, landai (0 – 50 m), Bergelombang (0 -50 m), Berbukit (720 m ke atas)
sampai Bergunung.
Secara garis besar jenis tanahnya terdiri dari :
- Tanah Alluvial : Kecamatan Sungai Kunyit, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kecamatan Mempawah Hilir dan Kecamatan Siantan
- Tanah Organosal : Kecamatan Sungai Kunyit, Kecamatan Mempawah Hilir, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kecamatan Siantan dan Kecamatan Toho
- Tanah Low Humid Clay : Kecamatan Sungai Kunyit dan Kecamatan Toho
Sementara Rata-rata curah hujan berkisar antara 38,40
sampai dengan 576 milimeter. Kabupaten Pontianak umunya beriklim tropis dengan
suhu udara rata-rata berkisar antara 26,30°C sampai 27,20°C.
POTENSI PERIKANAN DAN
KELAUTAN DI PONTIANAK
Sektor Perikanan dan Kelautan sebagai salah satu sumber pertumbuhan
ekonomi daerah akan menjadi sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka
pembangunan ekonomi yang berbasis kerakyatan. Hal ini kiranya tidaklah
berlebihan, karena pengelolaan sumberdaya ikan di Kabupaten Pontianak sementara
ini dilakukan oleh masyarakat secara orang perorangan atau usaha perikanan
rakyat (tidak merupakan perusahaan besar / industri).
Dalam pertumbuhan kedepan sangat diharapkan pengelolaan. Sumberdaya ikan
berkembang menjadi usaha berskala besar (industri) yang bermitra dengan usaha
Perikanan Rakyat yang mampu menguasai dan menggunakan Iptek dalam usahanya.
Untuk itu diperlukan inovasi dan strategi kebijakan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya Perikanan dan Kelautan yang dapat dipergunakan sebagai
acuan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat.
I. POTENSI
PERIKANAN TANGKAP
Wilayah Pesisir Kabupaten Pontianak berhadapan langsung dengan Laut Cina
Selatan. Potensi perikanan tangkap meliputi pemanfaatan sumberdaya laut dan
perairan umum. Sebagian besar nelayan / masyarakat yang bergerak dibidang
penangkapan ikan dilaut, merupakan nelayan tradisional. Hal ini dilihat dari
sarana penangkapan yang dimiliki, dimana kemampuan penangkapan ikan dilaut
hanya berkisar diantara wilayah sekitar pantai.
Sedangkan
untuk pengelolaan sumberdaya ikan di Sungai memang hasil tangkapannya mesih
sangat rendah, akan tetapi sungai ini sangat rentan dengan pencemaran maupun
perubahan lingkungan alamnya.
Tabel : Jumlah Kelompok
Perikanan Tangkap
No
|
Kecamatan
|
Perikanan Tangkap
|
|
Jumlah kelompok
|
Jumlah Anggota
|
||
1
|
Siantan
|
7
|
90
|
2
|
Segedong
|
4
|
135
|
3
|
Sungai Pinyuh
|
15
|
145
|
4
|
Anjongan
|
||
5
|
Mempawah Hilir
|
28
|
242
|
6
|
Mempawah Timur
|
13
|
136
|
7
|
Sungai Kunyit
|
14
|
221
|
8
|
Toho
|
||
9
|
Sadaniang
|
||
JUMLAH
|
81
|
969
|
SUMBER : http://pontianakkab.go.id/v2/dinas-perikanan-dan-kelautan
diakses pada pukul 21:32 pada tanggal 10 Juni 2013
Data Sarana dan Prasarana Perikanan Tangkap.
No
|
Kecamatan
|
RTPNelayan
|
Tanpa Perahu
|
Perahu Tanpa Motor
|
Motor Tempel
|
Kapal Motor
|
Alat Penangkapan
|
TPI/PPI
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
1
|
Siantan
|
207
|
38
|
85
|
84
|
384
|
3
|
|
2
|
Segedong
|
135
|
48
|
75
|
12
|
222
|
1
|
|
3
|
Sungai Pinyuh
|
164
|
10
|
18
|
131
|
5
|
318
|
2
|
4
|
Anjongan
|
|||||||
5
|
Mempawah Hilir
|
345
|
81
|
41
|
128
|
78
|
546
|
2
|
6
|
Mempawah Timur
|
259
|
25
|
47
|
146
|
41
|
461
|
2
|
7
|
Sungai Kunyit
|
466
|
115
|
105
|
278
|
11
|
978
|
3
|
8
|
Toho
|
|||||||
9
|
Sadaniang
|
|||||||
JUMLAH
|
1.576
|
231
|
297
|
843
|
231
|
2.909
|
13
|
Data Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut Menurut
Jenis Ikan Tahun 2009.
No
|
Kecamatan
|
Produksi
(Ton)
|
Nilai Produksi
(Rp)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Manyung
|
230,8
|
2.769.600.000
|
2
|
Malong/Remang
|
116,5
|
932.000.000
|
3
|
Ikan sebelah
|
43,2
|
129.600.000
|
4
|
Barakuda / Alu-alu
|
10,0
|
80.000.000
|
5
|
Selar
|
11,9
|
41.650.000
|
6
|
Geronggong
|
159,0
|
1.272.000.000
|
7
|
Bawal hitam
|
66,1
|
1.652.500.000
|
9
|
Talang-talang
|
4,8
|
38.400.000
|
10
|
Parang – Parang
|
36,8
|
276.000.000
|
11
|
Selanget
|
23,6
|
118.000.000
|
12
|
Puput
|
21,0
|
115.500.000
|
13
|
Tembang/Tamban
|
208,0
|
624.000.000
|
14
|
Teri
|
83,9
|
2.097.500.000
|
15
|
Tambak/Gerot-Gerot
|
155,2
|
1.862.400.000
|
16
|
Ikan Nomai / Lomei
|
20,3
|
162.400.000
|
17
|
Kapas-kapas
|
139,0
|
1.112.000.000
|
18
|
Peperek / Kepetek
|
29,7
|
103.950.000
|
19
|
Tumpu
|
44,1
|
882.000.000
|
20
|
Kakap merah/Bambangan
|
241,7
|
6.042.500.000
|
21
|
Jenaha/Tambangan
|
23,8
|
119.000.000
|
22
|
Biji nangka
|
107,9
|
377.650.000
|
23
|
Kurisi
|
86,5
|
2.162.500.000
|
24
|
Kuro/Senangin
|
21,0
|
420.000.000
|
25
|
Gulamah/Tigawaja
|
951,3
|
7.610.400.000
|
26
|
Tongkol krai
|
129,9
|
1.169.100.000
|
27
|
Tongkol komo
|
29,6
|
1.155.200.000
|
28
|
Kembung
|
129,0
|
1.548.000.000
|
29
|
Tenggiri
|
19,2
|
384.000.000
|
30
|
Tenggiri papan
|
7,9
|
118.500.000
|
31
|
Kerapu karang
|
49,1
|
736.500.000
|
32
|
Layur
|
181,5
|
2.178.000.000
|
33
|
Cucut/Hiu
|
16,3
|
97.800.000
|
34
|
Pari
|
37,9
|
303.200.000
|
35
|
Ikan lainnya
|
1.201,0
|
6.005.000.000
|
36
|
Udang dogol
|
129,1
|
2.582.000.000
|
37
|
Udang putih/Jerbung
|
945,9
|
15.134.400.000
|
38
|
Udang krosok
|
408,4
|
2.858.800.000
|
39
|
Udang Windu
|
15,7
|
706.500.000
|
40
|
Udang lainnya
|
430,5
|
4.735.500.000
|
41
|
Kepiting
|
10,9
|
77.000.000
|
42
|
Rajungan
|
16,0
|
160.000.000
|
43
|
Kerang Hijau
|
87,5
|
272.100.000
|
44
|
Cumi-cumi
|
39,2
|
470.400.000
|
45
|
Sotong
|
3,3
|
26.400.000
|
JUMLAH
|
6.724,0
|
71.719.950.000,0
|
SUMBER : http://pontianakkab.go.id/v2/dinas-perikanan-dan-kelautan
diakses pada pukul 21:32 pada tanggal 10 Juni 2013
Data Produksi dan Nilai Produksi Ikan Perairan Umum
(Sungai) Menurut Jenis Ikan Tahun 2009.
No
|
Kecamatan
|
Produksi
(Ton)
|
Nilai Produksi
(Rp)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Baung
|
23,6
|
202.000.000
|
2
|
Keting/Lundu
|
4,5
|
14.550.000
|
3
|
Gabus
|
0,5
|
2.500.000
|
4
|
Toman
|
8,4
|
54.600.000
|
5
|
Kencara/Kelabau
|
3,7
|
41.000.000
|
6
|
Nilem/Kebali
|
4,0
|
16.200.000
|
7
|
Paray/Seluang
|
2,1
|
9.900.000
|
9
|
Betutu
|
0,5
|
20.000.000
|
10
|
Belida
|
1,6
|
13.500.000
|
11
|
Lais
|
19,7
|
149.400.000
|
12
|
Ikan Lainnya
|
46,6
|
300.850.000
|
13
|
Udang Galah
|
28,2
|
1.101.000.000
|
JUMLAH
|
157,9
|
2.058.200.000,0
|
SUMBER : http://pontianakkab.go.id/v2/dinas-perikanan-dan-kelautan
diakses pada pukul 21:32 pada tanggal 10 Juni 2013
SARANA DAN PRASARANA
Alat
Tangkap Bubu (Pots)
Menurut (Anonim ,2001)Bubu
merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia
untuk menangkap ikan-ikan karang. Beberapa keuntungan menggunakan bubu
seperti: bahan mudah diperoleh dan harga relatif murah, desain dan
konstruksinya sederhana, pengoperasiannya mudah, tidak memerlukan kapal khusus, ikan
hasil tangkapan masih memiliki tingkat kesegaran yang baik dan alat tangkap dapat
dioperasikan di perairan karang yang tidak terjangkau oleh alat tangkap lainnya. bubu digolongkan ke
dalam kelompok alat perangkap
(traps). menyatakan bahwa bubu dapat digunakan untuk menangkap ikan hias
maupun ikan yang hidup di karang lainnya. Kelemahan bubu konvensional
adalah pemasangan biasanya menggunakan karang sebagai jangkar penahan
sehingga merusak karang. Ikan baru dapat dipanen setelah bubu diletakkan selama satu
malam atau lebih. Untuk mengetahui berapa ikan yang telah terperangkap,
nelayan harus mengangkat bubu ke permukaan atau nelayan menyelam. Keuntungan
bubu adalah ikan tertangkap hidup-hidup dan hanya ikanikan jenis tertentu saja
yang tertangkap (tergantung besar pintu dan ukuran mata jaring).
SUMBER : Anonim, 2001. Laporan akhir Survey Potensi Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan di Kabupaten Pontianak dan Ketapang Propinsi Kalimantan Barat.
Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat Dinas Kelautan dan Perikanan
Menurut (Subani
dan Barus, 1989).Secara garis besar komponen bubu di bagi menjadi
tiga bagian, yaitu badan(body), mulut (funnel) dan pintu. Bubu
biasa terbuat dari bahan anyaman bambu, anyaman rotan atau anyaman kawat. Bentuk
bubu sangat bervariasi, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki bentuk
sendiri-sendiri Bubu kakap merah yang
digunakan selama penelitian di Mempwah Hilir Unit penangkapan bubu
terdiri atas kapal, alat tangkap bubu dan nelayan.Pemasangan bubu dasar
biasanya dilakukan di perairan karang. Untuk memudahkan dalam
mengetahui tempat pemasangan bubu, biasanya bubu dilengkapi dengan
pelampung tanda. Namun, hal ini
tidak
dilakukan oleh nelayan di Mempawah Hilir pada saat pengoperasian bubu kakap. Posisi peletakan
bubu tanpa menggunakan pelampung tanda, posisi tersebut dicatat dengan
menggunakan alat bantu GPS (Global Position System) sehingga hanya nelayan
tersebut saja yang mengetahui posisi peletakan bubu. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya pencurian hasil tangkapan bubu dan terseretnya bubu oleh
kapal.
SUMBER : SUBANI, W. dan H.B.
BORUS. 1989. Alat penangkapan ikan dan udang laut di Indonesia. Ed. khusus Jurnal
Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Dept Pertanian Jakarta : 248 hal.
Teknik
Penangkapan yang Diterapkan
Di
Kabupaten Pontianak, ikan kakap merah ditangkap dengan bubu, rawai hanyut dan rawai tetap.
Salah satu kecamatan di Kabupaten Pontianak yang menangkap ikan kakap
merah adalah Kecamatan Mempawah Hilir dengan menggunakan bubu, baik
bubu bambu maupun bubu jaring. Bubu adalah alat tradisional, biasanya
dioperasikan menjadi satu rangkaian dari beberapa unit bubu, atau satu unit bubu (single
trap). Daerah penangkapan adalah dekat muara sungai atau sekitar pantai
yang berkarang. Bubu adalah alat tangkap yang cara pengoperasiannya
bersifat pasif yaitu dengan cara menarik perhatian ikan agar masuk kedalamnya. Prinsip
penangkapan ikan menggunakan bubu adalah membuat ikan dapat masuk dan tidak dapat
keluar dari bubu Bubu dan jaring penghalang (barrier
net) adalah jenis-jenis alat tangkap yang sebenarnya sudah digunakan oleh nelayan
sejak lama. Mereka banyak
ditinggalkan
sejak digunakannya sianida (pada perikanan karang) dan pukat harimau (pada perikanan
laut dalam) yang menjanjikan kemudahan pengoperasian dan hasil tangkapan
yang berlipat ganda. Upaya menggalakkan kembali alat-alat tangkap ini tidak
semata menganjurkan nelayan kembali ke kondisi dulu, tetapi disertai modifikasi
yang bertujuan meningkatkan hasil tangkapan dan tetap mengendalikan dampaknya
terhadap kualitas habitat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar