22 Mei 2013

Kabupaten Kubu Raya


Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, sebagai kabupaten termuda terus menggali potensi ekonomi lokal, secara khusus potensi perikanan, yang tersebar di banyak kecamatan.  Kebijakan yang sudah dijalankan pada tahap awal yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat sudah melakukan pemetaan sumber daya ikan di setiap kecamatan. 

Demografi
Kabupaten Kubu Raya merupakan bagian terdepan dari Propinsi Kalimantan Barat yang secara geografis terletak diantara Koordinat  1080 35’–1090 58’ BT 00 44’ LU – 10 01’ LS. Kabupaten Kubu Raya adalah Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak yang terbentuk melalui Undang Undang No. 35 tahun 2007. Dengan luas wilayah 6.985,20 Km2 (kurang lebih meliputi 65 % dari Kabupaten induk)
Wilayah administratif Kabupaten Kubu Raya meliputi 9 Kecamatan yaitu: Batu Ampar, Terentang, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap, Rasau Jaya, Sungai Raya, Sungai Ambawang, Kuala Mandor B. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Batu Ampar dengan luas 2.002,70 Km2 dan Kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Rasau Jaya dengan luas 111,07 Km2.

Batas Wilayah
 Secara administrasi Kabupaten Kubu Raya berbatasan dengan :
- Utara     : Kabupaten Pontianak;
- Selatan    : Kabupaten Ketapang;
- Timur     : Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau;
- Barat     : Laut Natuna.

Populasi Penduduk
Penduduk Kabupaten Kubu Raya berjumlah 500.970 (2010) jiwa dengan tingkat kepadatan 72 jiwa per Km2, secara historis hidup rukun dan damai, dengan komposisi penduduk yang multi ras dan multi agama, pemeluk agama sebagian besar adalah Islam (82%), sangat toleran terhadap pendatang sehingga akulturasi antar budaya terjadi secara alami. Jumlah angkatan kerja penduduk Kubu Raya tahun 2008 tercatat sebesar  234.144 orang, dengan komposisi sedang bekerja 197.429 orang dan mencari kerja 36.685 orang. Konsentrasi penduduk tertinggi terdapat di tiga kecamatan yaitu Sungai Raya yang merupakan Ibukota Kabupaten, Sungai Kakap dan Sungai Ambawang. Hal ini sangat logis mengingat ketiga kecamatan tersebut merupakan daerah yang mengelilingi Ibukota Propinsi Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak.

Topografi dan Iklim
Kabupaten Kubu Raya secara umum merupakan daerah dataran yang relatif datar dengan kemiringan lahan 0 – 3% seluas 792.320 Ha (98%), Daerah lereng 3 – 15 % seluas 7.205 Ha dan kelerengan diatas 40 % seluas 850 Ha. Luas wilayah lautan seluas 2.197 Km2 dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten, yaitu 6.985,20 Km2, yang terdiri dari 1.437 Km2 Luas Laut dan 760 Km2 Luas Perairan Umum dengan garis pantai sepanjang 149 Km dan memiliki 39 pulau-pulau kecil. Sedangkan luas wilayah daratannya adalah 4.785 Km2.
Iklim di Kubu Raya termasuk dalam type Iklim A (Schmit & Ferguson) yaitu iklim sangat basah dengan curah hujan bulanan diatas 100 mm dengan total curah hujan tahunan rata-rata berkisar 3000mm. Suhu rata-rata maksimum 33,40 C terjadi pada bulan mei dan suhu minimum rata-rata 22,50 C terjadi pada bulan Agustus.  Kondisi topografi dan iklim di Kubu Raya sangat menunjang untuk investasi agrikultur.

Potensi Perikanan
 Kubu Raya merupakan penghasil produk khas, seperti kepiting dan udang galah. Sudah saatnya menjadikan Kubu Raya penghasil dan pengekspor produk tersebut.
 Prospek perikanan Kubu Raya sebetulnya sangat menjanjikan. Sebab sebagai daerah besar, di mana sebagian wilayahnya berada di kawasan pesisir pantai dan perairan, kabupaten ini memiliki peran besar bagi Kalbar.  Tidak hanya potensi perikanan ikan air tawar. Ada juga perikanan air asin yang bisa diandalkan, (seperti) kepiting dan udang galah, merupakan varian perikanan berprospek bagus.

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebelumnya telah mengakui jika kepiting di kabupaten ini lebih bagus dibandingkan dengan daerah lain. Selain dagingnya padat juga besar, sehingga memiliki kualitas ekspor. Begitu juga dengan udang galah. Ini seharusnya ditangkap dan dikembangkan kedepannya.
Kualitas kepiting dan udang galah di Kabupatan Kubu Raya sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dan alam di kabupaten ini. Akibatnya, tentu saja pertumbuhan habitat ikan dan sejenisnya memiliki karakteristik. Hanya saja, dia menyayangkan kebiasaan masyarakat yang kerap menangkap kepiting dari alam, sehingga dikhawatirkan berpengaruh pada populasi kepiting itu sendiri.

Dikhawatirkan, jika tidak diantisipasi sedini mungkin, bisa mengakibatkan kepunahan kepiting. Jelas ini akan sangat berpengaruh pada kondisi ekosistem. Untuk itu, harus ada rencana melakukan pengembangbiakan kepiting di beberapa lokasi yang cocok  Pembudidayaan sebagai langkah untuk menyelamatkan habitat kepiting, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini, menurut dia, mengingat prospek kepiting dan udang galah ke depan masih lebih baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar